TUGAS ILMU BUDAYA DASAR 2
Indahnya Kebersamaan
Sang surya telah keluar dari peraduannya. Hampir semua
orang di kampung itu sudah bersiap untuk menjalankan aktivitasnya
masing-masing, seperti berjualan di
pasar, ada yang bekerja mengadu nasib di ibukota negara tercinta, dan ada ibu
rumah tangga yang bekerja di rumah, anak sekolah yang pergi ke sekolahnya
masing-masing, bahkan masih ada juga yang masih terlelap.
“Wiby, cepat bangun, kamu tidak sekolah?” kata seorang
nenek yang kebetulan merupakan neneknya Wiby.
“iya nek, Wiby bangun kok.” Kata Wiby yang masih
setengah sadar akibat ia begadang hingga pukul 3 pagi . entah mengapa ia
begadang hingga selarut itu.
Sejak ayah dan ibunya tiada, memang Wiby sikapnya
menjadi berubah. Dulu, Wiby merupakan orang yang pandai bergaul, tetapi entah
mengapa sekarang ia menjadi penyendiri. Bahkan temannya sendiri mengejek dia,
“Dasar individualis”. Walaupun Wiby merupakan sosok anak yang pintar, sejak
orang tuanya meninggalkan dirinya untuk selamanya, ia menjadi penyendiri,
sehingga ia juga menjadi malas untuk mengurus dirinya sendiri.
Wiby akhirnya bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ia
pun berpamitan dengan nenek dan kakek
itu yang sudah susah berjalan itu. Ia sekolah seperti biasa. Hingga suatu saat,
diadakannya ulangan matematika. Biasanya, Wiby selalu mendapat nilai bagus.
Tetapi, nilai ia jeblok. Hingga akhirnya, hal itu terdengar oleh telinga nenek
dan kakeknya. Mereka memarahi
Wiby,”Mengapa kamu mendapat nilai jelek? Kami kecewa sama kamu. Dulu nenek
mengira cucuku yang tersayang ini pintar, tetapi sekarang, cucuku malah
mengecewakan kami”. Lalu kakeknya juga mengatakan,”mulai sekarang uang jajanmu
kakek potong”. Lalu marahlah Wibi, membanting pintu dan keluar dari rumah itu.
Mereka berusaha untuk mencegah Wibi keluar dari rumah, tetapi ia tetap
bersikukuh untuk keluar dengan berkata,”Selamat tinggal.”
Hingga pada hari itu, ia keluar dari rumah tersebut.
Suatu hari, ia bertemu dengan para gelandangan, dan gelandangan itu
memanggilnya untuk bergabung bersama mereka. Wibi menerima ajakan itu dan
menjadi bagian dari mereka.
Suatu hari salah satu gelandangan itu berkata,”asal
kamu dari mana?”
“Bandung, kalo kamu dari mana?” Wibi bertanya.
“Tetanggaan kok, Garut”, gelandangan itu menjawab.
“Kok kamu bisa disini, apa yang kamu lakukan
disini?”gelandangan itu bertanya.
“Sebenarnya aku disini karena aku membenci kakek dan
nenekku, mereka memarahiku hanya karena nilaiku yang kurang memuaskan, padahal
mereka juga tidak tahu, aku sudah kehilangan orang tuaku, malah mereka menjelek-jelekkan
aku, akhirnya aku keluar dari rumah mereka.”
Lalu, gelandangan itu menjawab,”lebih baik kamu
kembali ke kakek nenekmu saja.”
“Loh, kenapa harus kembali?”, Wiby bertanya.
“Dulu aku memiliki orang tua, tapi setelah kecelakaan
dan orang tuaku meninggal, aku tidsak memiliki siapa-siapa lagi. Justru kamu
masih beruntung, masih memiliki nenek dan kakek dan mereka masih mempedulikan
kamu,” gelandangan itu menjelaskan.
“Wah, ceritamu hampir mirip dengan ceritaku, bedanya
hanya kamu tidak mempunyai nenek dan kakek. Hmm… apapkah aku harus meminta maaf
kepada kakek dan nenekku?”, Wiby bertanya.
Sambil menggeleng-gelengkan kepala gelandangan itu
menjawab,”lebih baik minta maaf saja, toh tidak ada ruginya kan meminta maaf?
Setelah kamu minta maaf pasti semua masalahmu selesai.”
“Hmm.. baiklah, aku akan kembali kepada kakek dan
nenekku. Apakah kamu mau ikut?”, Wiby mengajak.
“boleh, tapi apakah mereka mengizinkan aku masuk?”
gelandangan itu heran bertanya.
“sudah. Ikut saja,” Wiby mengajak.
Setelah itu, Wiby dan gelandangan itu, pergi ke rumah
nenek dan kakek dimana Wiby berada dulu. Mereka akhirnya bertemu kembali
disertai isak tangis antara Wiby dan kakek neneknnya. Mereka saling meminta
maaf atas kesalahan yang mereka lakukan masing-masing. Gelandangan itu juga
akhirnya dijadikan keluarga angkat. Akhirnya mereka dipersatukan kembali.
Komentar
Posting Komentar